Nama Pakaian Tradisional Jepang

Read Time:7 Minute, 51 Second

Nama Pakaian Tradisional Jepang – Kimono (着物: ja deprecated) adalah pakaian tradisional Jepang. Arti harfiah dari kimono adalah pakaian atau apapun yang dapat dipakai (ki artinya pakai, mono artinya barang).

Saat ini, kimono berbentuk T, menyerupai mantel dengan lengan panjang dan kerah. Panjang kimono mencapai mata kaki. Wanita memakai kimono sebagai pakaian sementara pria memakai kimono sebagai jas. Kerah kanan harus berada di bawah kerah kiri. Sabuk kain yang disebut obi dililitkan di perut/pinggang dan diikatkan di belakang. Sepatu yang dikenakan dengan kimono adalah zuri atau geta.

Nama Pakaian Tradisional Jepang

Nama Pakaian Tradisional Jepang

Saat ini, kebanyakan wanita memakai kimono pada acara-acara khusus. Wanita yang belum menikah memakai sejenis kimono yang disebut Furisode.

Merancang Kimono Jepang Melalui Mata Desainer Indonesia

Ciri khas Furisode adalah lengan lebar yang hampir menyentuh tanah. Gadis berusia 20 tahun mengenakan pakaian Freudian untuk menghadiri Shaqi Shaqi. Kimono dikenakan oleh pria di pesta pernikahan, upacara minum teh, dan acara formal lainnya. Saat berada di luar arena sumo, pegulat sumo profesional diharuskan mengenakan kimono.

Anak-anak memakai kimono saat berpartisipasi dalam upacara Shichigo San. Selain itu, kimono digunakan oleh pekerja di industri jasa dan pariwisata, pelayan di restoran tradisional (ryōtei), dan pegawai wanita di penginapan tradisional (ryokan).

Pakaian pengantin tradisional Jepang (hanayome ishō) terdiri dari furizode dan uchikake (mantel yang dikenakan di atas cincin bulu). Empat Tingkat untuk pengantin berbeda dengan Empat Tingkat untuk remaja putri lajang. Bahan cincin pengantin diberi motif yang dipercaya membawa keberuntungan, seperti gambar burung bangau. Warna pengantin lebih cerah dari cincin biasa. Shiromoku adalah nama baju adat pengantin berupa baju putih bersih dengan motif anyaman putih.

Berbeda dengan pakaian Barat (yōfuku) yang dikenal sejak zaman Meiji, orang Jepang menyebut pakaian tradisional Jepang wafuku (simbol 和服: ja berarti pakaian Jepang usang). Sebelum diperkenalkannya pakaian barat, semua pakaian yang dikenakan orang Jepang disebut kimono. Nama lain kimono adalah gofuku (lambang 呉服:ja diabaikan). Istilah gofuku awalnya digunakan untuk menyebut pakaian orang-orang dari negara Dongwu (Jepang: negara Gu) yang masuk ke Jepang dari daratan Cina.

Pakaian Tradisional Jepang Ga Cuma Kimono Aja! Kenali Juga Lainnya Yang Sama Sama Cantik

Memilih jenis kimono yang tepat perlu mengetahui simbol dan tanda tersembunyi di setiap jenis kimono. Formalitas kimono wanita ditentukan oleh corak dan warna kainnya, dari kimono yang lebih formal hingga kasual. Tergantung pada jenis kimono yang dikenakan, kimono dapat menunjukkan usia peserta, status perkawinan, dan tingkat formalitas upacara.

Tomesode adalah kimono paling formal untuk wanita yang sudah menikah. Jika berwarna hitam, kimono jenis ini disebut kurotomesode (secara harfiah: kuro hitam). Kurotomesode memiliki lambang keluarga (kamon) di tiga tempat: 1 di punggung, 2 di dada bagian atas (kanan/kiri), dan 2 di belakang lengan (kanan/kiri). Ciri khas kurotomesode adalah bentuk indah bagian depan dan belakang sosu (kaki bagian bawah). Kurotomesode digunakan untuk pernikahan dan acara yang sangat formal.

Tomesode yang terbuat dari kain berwarna disebut irotomesode (secara harfiah: iro berwarna). Tergantung formalitas acara, pemakai dapat memilih nomor kemeja keluarga pada kain kimono dari satu dan tiga sampai lima untuk acara yang sangat formal. Kimono jenis ini dikenakan oleh wanita dewasa/lajang. Kimono Irotomesode digunakan untuk mengikuti acara yang tidak memungkinkan tamu untuk hadir saat mengenakan Irotomesode, misalnya resepsi di istana Kaisar. Sama seperti korotomesode, irotomesode dicirikan oleh bentuknya yang indah berkelap-kelip.

Nama Pakaian Tradisional Jepang

Forsodi adalah kimono paling formal untuk wanita muda lajang. Kain berwarna cerah dengan cetakan menakjubkan pada kain. Ciri khas furisode adalah lengan baju yang sangat longgar dan menggantung. Fursud dikenakan saat mengikuti acara wisuda yang apik, menghadiri pernikahan teman, pesta wisuda, atau hatsumud. Gaun pengantin yang disebut hanayome ishu adalah sejenis bulu.

Nama Pakaian Adat Papua Perempuan Dan Laki Laki Serta Gambarnya

Homo gi (訪問着: ja usang, secara harfiah: gaun pertemuan) adalah kimono formal wanita, menikah atau lajang. Pemakainya bebas memilih apakah akan menggunakan bahan yang bergambar lambang keluarga atau tidak. Salah satu ciri khas Homungi adalah pola keseluruhan kain, baik di bagian depan maupun di bagian belakang. Humungi digunakan sebagai tamu di pesta pernikahan, pesta teh atau perayaan Tahun Baru.

Iromoji adalah kimono semi formal, tetapi dapat digunakan sebagai kimono formal jika memiliki lambang keluarga (komunitas). Tergantung pada level resmi kimono, lambang keluarga dapat memiliki 1, 3 atau 5 tempat (punggung, lengan dan dada). Iromoji terbuat dari bahan kain yang berwarna-warni seperti merah muda, biru muda, kuning muda atau warna lembut lainnya, lembut dan tanpa pola. Iromoji dengan lambang keluarga dapat dikenakan di 5 aula pernikahan. Saat menghadiri upacara minum teh, cukup memakai aroji dengan lambang keluarga.

Tsukesage adalah kimono semi formal untuk wanita yang sudah menikah atau lajang. Mengenai tingkat formalisme, tsuxage hanya satu tingkat di bawah humongy. Kimono jenis ini tidak memiliki lambang keluarga. Tsukesage digunakan untuk berpartisipasi dalam upacara minum teh informal, pernikahan, pesta formal, atau perayaan Tahun Baru.

Kumon adalah kimono informal untuk wanita yang sudah menikah atau lajang. Salah satu ciri khas kimono jenis ini adalah motifnya yang sederhana dan kecil yang berulang.

Budaya Kerja Jepang ‘shokunin Kishitsu’

Tsumugi adalah kimono kasual untuk dipakai sehari-hari di rumah oleh wanita yang sudah menikah atau lajang. Namun kimono jenis ini bisa dikenakan di luar ruangan seperti berbelanja dan jalan-jalan. Bahan yang digunakan adalah kain yang ditenun secara sederhana dari benang katun tebal dan kasar berkualitas rendah atau benang sutera.

Yukata adalah kimono kasual yang terbuat dari kain katun ringan tanpa garis untuk acara santai musim panas.

Bagian belakang Montesuke dihiasi dengan lambang keluarga pemakainya. Setelan Montesuke, dikenakan dengan hakama dan haori, adalah pakaian tradisional pengantin pria. Jas ini hanya dikenakan pada saat menghadiri acara yang sangat formal, misalnya resepsi pemberian penghargaan dari kaisar/pemerintah atau ijin pesta.

Nama Pakaian Tradisional Jepang

Pria memakai kinagashi sebagai pakaian sehari-hari atau saat pergi keluar pada acara informal. Aktor Kabuki memakainya selama latihan. Kimono jenis ini tidak dihiasi lambang keluarga.

Mari Berkenalan Dengan Gaun Pengantin Tradisional Jepang Yang Unik!

Kimono dikembangkan sebagai pakaian kerja selama periode Jomon dan Yayoi. Dari situs arkeologi ditemukan tumpukan kerang dari zaman Jomon Haniwa. Pakaian atas yang dikenakan oleh Haniwa disebut kantoi (simbol 貫頭衣: terselip).

Gishiwajinden (buku sejarah China tentang tiga negara) menulis tentang pakaian sederhana untuk laki-laki. Sehelai kain ditarik mendatar di tubuh pria itu seperti jubah biksu dan kain dililitkan di kepala. Pakaian wanita disebut Kantoi. Di tengah selembar kain dibuat lubang untuk memasukkan kepala. Tali tersebut digunakan sebagai pengikat di bagian pinggang.

Menurut Jishi Wagenden, seorang permaisuri bernama Himiko dari Yamatikoku (nama kuno Jepang) “selalu memakai kanto putih”. Serat rami adalah bahan pakaian orang biasa, sedangkan orang berpangkat tinggi memakai kain sutra.

Pakaian zaman Kufun merambah dari Cina daratan, terdiri dari dua potong pakaian: pakaian atas dan pakaian dalam. Haniwa memakai mantel yang dikenakan untuk menutupi Kantoi. Bagian bawah gaun adalah rok yang melingkari pinggang. Dari penemuan Haniwa, kita bisa melihat bahwa pakaian tersebut berupa celana longgar seperti hakama.

Demonstrasi Dan Pengenalan Pakaian Tradisional Jepang Kimono

Dalam kimono, itu dikenal sebagai pakaian yang dijahit. Bagian depan saku dibuka dan jahitan lengan bawah dimulai sehingga mudah dipakai. Selain itu, baju atasan terdiri dari dua jenis kerah:

Seorang bangsawan era Asoka bernama Pangeran Shōtoku mendirikan dua belas tingkat jabatan di istana kaisar (Kan-i Junkai). Para pejabat istana dibedakan berdasarkan warna jilbab (Kanmori). Buku Hukum Taiho Ritsuryo berisi peraturan tentang pakaian, pakaian untuk pejabat istana, dan pakaian untuk anak di bawah umur. Pakaian dinas yang dikenakan pegawai negeri sipil (bank) dijahit di bawah ketiak. Petugas militer mengenakan seragam yang tidak dijahit di bawah ketiak agar pemakainya bebas bergerak. Pakaian dan asesoris zaman Nara banyak dipengaruhi oleh budaya Tionghoa yang masuk ke Jepang. Pengaruh budaya Dinasti Tang mempopulerkan pakaian lengan ketat yang disebut kosode untuk dikenakan sebagai pakaian dalam.

Selama periode Nara, ada perubahan cara memakai kimono. Sedangkan sebelumnya kerah kiri berada di bawah kerah kanan, sejak zaman Nara, kerah kanan harus ditempatkan di bawah kerah kiri. Cara memakai kimono telah dilestarikan dari zaman Nara hingga sekarang. Hanya orang mati yang memakai kimono dengan kerah kiri di bawah kerah kanan.

Nama Pakaian Tradisional Jepang

Menurut bangsawan Sugawara Michizane, penghentian pengiriman utusan Jepang ke Dinasti Tang (Kintoshi) menyebabkan tumbuhnya budaya lokal. Proses mendandani dan membakukan protokol upacara resmi telah resmi dimulai. Undang-undang ini membuat ritual pakaian pada periode Heian menjadi lebih rumit. Wanita pada periode Heian mengenakan pakaian berlapis yang disebut junihito. Tidak hanya para wanita pada periode Heian, seragam resmi tentara juga menjadi tidak praktis.

Sewa Kimono Di Tokyo Dan Rias Rambut Oleh Ahlinya

Orang biasa mengenakan pakaian yang disebut suikan atau kariginu (simbol 狩衣: ja usang, secara harfiah: pakaian berburu). Belakangan, para bangsawan membuat karigino menjadi pakaian sehari-hari sebelum para samurai mengikutinya.

Selama periode Heian, samurai berkuasa dan istana menjauhi politik. Pakaian yang dulunya merupakan simbol kebangsawanan menjadi simbol status di kalangan samurai.

Selama periode Sengoku, kekuasaan pemerintahan berada di tangan samurai. Samurai mengenakan pakaian yang disebut suikan. Pakaian jenis ini nantinya akan menjadi pakaian yang disebut Hitatar. Selama periode Muromachi, hitatar adalah pakaian resmi samurai. Pada periode Muromachi, kimono dikenal sebagai suō (simbol 素襖: ja usang), yang merupakan jenis hitataar yang tidak menggunakan lapisan dalam. Ciri khas Suo adalah lambang keluarga besar di delapan tempat.

Pakaian wanita juga lebih sederhana. Rok bagian bawah, disebut mo (simbol 裳: ja obsolete), dipersingkat sebelum diganti dengan hakama. Setelan rambut dan hakama akhirnya menghilang sebelum digantikan oleh kimono one-piece dan kemudian kimono wanita.

Perbedaan Pakaian Tradisional Jepang, Korea Dan Indonesia: Afina Unzila Tiarasari/13020154066

Pakaian tradisional jepang selain kimono, pakaian tradisional jepang seperti kimono, nama pakaian adat tradisional, pakaian tradisional jepang untuk pria, pakaian tradisional wanita jepang, nama pakaian tradisional, pakaian tradisional jepang, pakaian tradisional jepang laki laki, nama pakaian tradisional korea, nama pakaian tradisional indonesia, pakaian tradisional, nama pakaian tradisional india

Happy
Happy
0 %
Sad
Sad
0 %
Excited
Excited
0 %
Sleepy
Sleepy
0 %
Angry
Angry
0 %
Surprise
Surprise
0 %
Previous post Pakaian Adat Khas Jawa Barat
Next post Pakaian Adat Nusantara Indonesia